Jumat, 22 Juli 2016

"Saat Hati dan Logika Beradu Argumen"

Rasa syukur tak pernah terhenti terucap sejak kehadirannya dalam catatan kecil kehidupan ini. Kepercayaan dan keyakinan begitu kuat saat memilih untuk tetap berjalan meski tak seperti apa yang kuyakini. Berbagai macam teori tak mampu mempertahankan logika yang kupahami. Semua berjalan begitu saja tanpa ku ketahui alasannya. Berbagai kisah kebetulan itu, terasa takdir Sang Illahi. Percaya mungkin inilah jawaban dari semua pertanyaan serta kesabaran bertahun-tahun atas kesakitan dan penantian dalam sebuah pengharapan yang palsu. Akupun menjadi lupa bahwa hati telah ku tutup dan berhenti berharap atas ketidakpastian.
Logika dan emosi tak henti-henitinya beradu pendapat. Saling mempertanyakan apa yang terjadi. Sang pemilikpun jadi bingung mana yang harus dia ikuti. Hingga akhirnya bertanya kepada Sang Pemilik dan Penguasa Hati Sesungguhnya. "Jika takdir itu milikku, kenapa harus kulalui di jalan yang tak seharusnya kulalui?". Logika selalu bertanya dan meminta kepada Sang Pemilik Hati. "Kuatkan aku agar dapat memilih berhenti dan beralih ke jalan yang lain". Namun Hati belum mampu mengakhiri perjalanan itu dan memilih tetap diam dan menetap.
Suatu ketika hati merasa aneh dengan apa yang dirasakan. Berbagai pertanyaan ia ajukan kepada logikanya. Kerinduan yang menyiksa dan tak ada obat yang mampu menghilangkannya. Kerinduan yang tak seharusnya hanya untuk dia. Hatipun menjadi gelisah dan selalu mendengarkan nyanyian yang mewakili kisahnya. "Berawal dari tatap (Yura), Bukan Main-main (Seventeen) dan Dia (Anji)". Semua di ulanginya dan didendangkan disetiap aktivitasnya.
Hingga perasaan rindu dan sayang tak mampu ia tutupi.
Hati hanya mampu berdoa agar ia menjalani kisahnya dengan penuh suka cita dan meyakini bahwa "Semua Akan Indah Pada Waktunya".
Hingga tibalah dimana hati tak mampu berkata-kata dan hanya diam membisu. Logika sang pemilik hati yang lain mulai menyampaikan argumen yang iya inginkan. Mengakhiri semua perjalanan dan kembali ke jalan yang harusnya di lalui. Mengingat apa yang harusnya diingat. Memperjuangkan keinginan yang telah melahirkan kedua hati. Meluruskan kembali apa yang harusnya diluruskan. Sulit menerima namun logika mengatakan bahwa itulah yang terbaik. Tak mungkin menghalangi niat baik yang memang baik. Tak mungkin menghalangi jika itu demi sebuah kebaikan pemilik kedua hati. "Jika Memang Memang Kedua Hati Itu Ditakdirkan Bersama, Maka Dimanapun Mereka Melangkah Pasti akan Disatukan Kembali Diwaktu yang tepat" kata sih logika. Biarlah semua berjalan dan mengalir sesuai jalan yang ada. Hingga waktu yang akan menjawabnya.
Andai Dia Tahu.
e.c

Kamis, 07 Januari 2016

Kisah Nyata

“Kutinggalkan Hatiku Di Kota Makassar”
“Bel, nggak terasa yah, sekarang kita udah diatas kapal dan akan meninggalkn kota Baubau.” Ucap Eki sambil merangkulku. Eki adalah teman baikku. Ia selalu ada dalam suka maupun duka. Orangnya baik dan sabar. Membuat aku sangat nyaman berteman dengannya. Meskipun terkadang, aku  melakukan kebodohan ataupun kesalahan kecil padanya, ia pasti akan memaafkanku. Aku sangat bersyukur, kita bisa melanjutkan sekolah diperguruan yang sama. “Iyah, kamu benar.’’ Lihat tuh patung naganya. Kelihatannya, lagi nangis lihat kita pergi. hehe”. “Bisa aja sih kamu” Kami beranjak meninggalkan halaman teras kapal, sambil menikmati pemandangan pantai kamali dan gunung-gunung yang tertata rapi. Saat sampai dideck dua(kelas ekonomi), ternyata teman-teman telah berkumpul. Semuanya terlihat sedih dan lesuh. Tak ada yang berkata sepatah katapun. Suasananya sepi tak berpenghuni bagaikan dihalaman kuburan umum. Aku tidak ingin terlelap dalam situasi seperti ini. Akupun mencoba memulai pembicaraan. “Ehem, ada yang punya air minum nda? “ Tidak ada satupun yang menyahut. “Aku haus banget ni, soalnya aku dah ngeluarin air mata banyaaak banget”. Eki menatapku dan memberikan botol minumannya. “Ni, kamu minum aja. Tadi aku takut bakal kebanjiran, jadinya aku tampung disini deh, semua air mataku.” Serentak teman-teman tertawa terbahak-bahak begitupun denganku. Suasana berubah menjadi ramai dan riang.

Sesaat, aku terfokus pada seorang wanita yang lewat didepan kami. Setelah aku perhatikan baik-baik, ternyata dia adalah Shasa salah satu teman baikku. Aku memanggil dan melambaikan tangan sambil melemparkan senyum padanya.  “Ya ampun Bel, aku capek nyariin kamu. Kita udah keliling di seluruh kapal, eh ternyata kamu ada disini” Jelasnya. “Waw, so sweet. Aku dah mau terbang ni karena kamu ngomong kayak gitu.” Ucapku sambil tersipu malu. “Hmm, mulai lagi deh lebaynya” “Tapi beneran deh, aku nggak nyangka kalau kamu bakal berangkat hari ni juga.” Selintas aku melihat ada sosok pria yang aku kenal “Ya ampun, kok dia ada disini” Kataku dalam hati. Karena penasaran, aku pun menanyakannya.“Fi,kok  dia ada disini?” Tanyaku sambil menunjuk kearah yang aku maksud. “Jangankan kamu Bel, aku aja bingung. Katanya dia nggak jadi berangkat sekarang. Eh nda tahunya, dia udah ada diatas kapal. Terus kita barangen deh nyariin kamu”. Aku terkejut mendengar penjelasan Efi. Disisi lain aku bahagia. Disaat aku akan pergi aku bisa melihat seorang pria yang sejak diam-diam aku sukai. Dia adalah kak Semi. Salah satu kakak kelas saat masih duduk dibangku SMP. Sampai saat ini, dimataku dia tetaplah sama seperti dulu. Tetap manis dan baik hati. “Senang deh bisa ketemu kalian disini. Kita masih punya waktu untuk bersama.” Kataku sambil mengambil makanan dalam tas. “Ayo dicobain dulu” Tawaran aku buat Efi. “Aku mau minum aja deh” Pintanya. Tiba-tiba aku teringat suatu hal. Segera aku mengambil botol air minum dan berjalan mengarah pada kak Semi. Aku tidak peduli terhadap pemikiran orang disekitarku. Aku hanya ingin memberikan air minum yang pernah diminta oleh kak Semi. Namun belum sempat memberikannya. Awalnya kak Semi menolak namun akhirnya ia mengambilnya dari tanganku. Akupun kembali duduk disamping Efi. “Bel, kan aku yang minta. Kok ngasihnya ke kak Semi?” “Oh iyah, maaf deh” Aku hanya bisa tersenyum dan tidak menjelaskan apa-apa. Lalu aku mengambil satu botol air minum lagi, dan kuserahkan pada Efi. Dibelakang aku ada Eki yang sedang asik ngobrol bersama teman-teman yang lain. Ia mengerti kenapa aku bersikap seperti itu. Ia hanya tersenyum dan tertawa kecil.

Aku diajak oleh Efi untuk berkeliling dihalaman kapal. Dan tanpa berpikir panjang, aku meminta izin kepada teman-teman yang memiliki tujuan yang sama denganku. Eki mengerti sekali dengan apa yang aku rasakan. Ia hanya menganggukan kepala tanda ia mengijinkan.  Kamipun beranjak pergi. Kak Semi memandu perjalanan kami, menunjukan kemana saja kita akan kunjungi. Efi sangat marah saat melihat tingkah Kak Semi yang jail. Ia hanya memutar-mutar perjalan yang telah kami lalui. Melihat tingkahnya seperti itu, membuatku merasa lucu dan mengingat masa-masa saat kita duduk dibangku SMP dulu.

Waktu berputar begitu cepat. Tanpa kita sadari, bumi berubah menjadi gelap. Kita bertiga menghabiskan waktu dengan memandangi lautan luas yang berayun-ayun karena tersentuh oleh angin. Langit yang dihiasi beribu bintang dan rembulan yang memancarkan keindahannya, menjadikan suasana menjadi damai. Dalam suasana yang indah ini, aku sedih mengingat waktuku untuk bersama mereka, tidak akan lama lagi. Kapal akan bersandar dipelabuhan Makassar. “Yeee, udah dekat ni Bel” Teriak Efi. “Iyah. Tuh udah kelihatan pelabuhannya” Kataku dengan nada yang keras sambil tersenyum.  Namun hatiku tidak bisa berbohong  bahwa sesungguhnya aku angat sedih berpisah dengan mereka berdua.

Diam-diam aku memandang wajah kak Semi dan memperhatikan matanya yang indah.  Terpancar suatu harapan dari matanya yang berkilau. Sebuah harapan besar yang ingin sekali ia raih, namun belum pernah ia dapatkan. Hati dan pikirannya telah dipenuhi oleh wanita yang pernah singgah dalam kehidupannya. Aku telah tahu akan hal itu, sebelum aku menyadari bahwa aku telah jatuh cinta padanya.

Meskipun menyakitkan namun satu hal yang harus aku tahu. Aku tidak mungkin terus tenggelam dalam lautan yang penuh dengan kesedihan. Satu-satunya hal yang ingin aku lakukan adalah melepaskan dia dari ingatanku dan mengembalikan semangatku yang pernah terkuras habis.  Mencari kebahagiaanku sendiri demi orang-orang yang sangat aku sayangi. “Efi, jangan lupakan aku yah” kataku pada Efi. “Begitupun dengan kamu, kak Semi” Bisikku dalam hati sambil memandangnya. “Bel, kita masih punya banyak waktu untuk bertemu kan? Kalau kita pulang kampung nanti, kita masih bisa berkumpul bersama-sama lagi.” “Iyah Fi, pasti”.

Kapal telah bersandar dipelabuhan kota Makassar. Aku tidak ingin melihat mereka yang akan segera turun dari kapal. Aku kembali ke deck dua berkumpul bersama teman-temanku yang akan meneruskan perjalanan.  Sekarang tidak ada alasan untuk bersedih, aku akan bangkit dan berusaha mengejar impianku. Meninggalkan perasaan yang pernah membuatku tersakiti. Aku ingin bahagia bersama orang-orang yang menyayangiku. 
SEKIAN


Sabtu, 15 November 2014

TAK SEMUDAH MEMETIK DAUN KELOR


Pada hari sabtu 15 November 2014, saya diberi tanggung jawab untuk menjadi timer dalam sebuah acara Seminar Nasional. Dimana tugas saya yaitu harus menyesuaikan jalannya acara dengan waktu yang telah ditentukan. Harus saya akui, itu adalah pengalaman pertama sehingga saya kurang andil dalam melaksankannya.
Saat bertugas seorang timer harus berkoordinasi dengan semua petugas yang berperan dalam jalannya acara. Misalnya MC, penanggung jawab undangan dan peserta, penanggung jawab konsumsi, penanggung jawab ruangan serta petugas lainnya. Saat semua telah siap barulah acara bisa dimulai.
Ets ingat, saat acara dimulai belum tentu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Bukan karena jam karet, tapi karena situasi dan keadaan. Sehingga sebagai timer sudah seharusnya mengatasi masalah tersebut dan mengatur kembali jadwal agar tidak molor dari jadwal yang telah dibuat.
Pada saat acara berlangsung, tidak menutup kemungkinan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Misalnya, pembicara dari ketua redaksi suara merdeka  yang mengisi acara, tidak dapat mengikuti kegiatan hingga penghujung acara. Sedangkan dia adalah seseorang yang telah dinanti-nantikan oleh semua peserta. Bukan karena kurang berkoordinasi dan persiapan yang kurang mantap, tapi asalnya memang susah menghadirkan tamu undangan yang luar biasa .
Menurut anda bagaimana?
Yeps betul, timerlah yang harus mengatur kembali  waktu dan menyesuaikannya dengan siatuasi yang terjadi. Dan berkoordinasi bersama seksi acara yang bertugas, sehingga acara tetap berlangsung dan berakhir dengan kegiatan yang telah dibuat. Meskipun waktu kegiatan berubah, namun waktu berakhirnya acara harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
Mungkin menurut anda ini adalah sesuatu yang mudah bukan?
Tapi jangan salah, ini terdengar mudah namun tak semudah memetik daun kelor. J

Demikian dari saya, terimakasih karena telah membaca artikel ini J