"Saat Hati dan Logika Beradu Argumen"
Rasa syukur tak pernah terhenti terucap sejak kehadirannya dalam catatan kecil kehidupan ini. Kepercayaan dan keyakinan begitu kuat saat memilih untuk tetap berjalan meski tak seperti apa yang kuyakini. Berbagai macam teori tak mampu mempertahankan logika yang kupahami. Semua berjalan begitu saja tanpa ku ketahui alasannya. Berbagai kisah kebetulan itu, terasa takdir Sang Illahi. Percaya mungkin inilah jawaban dari semua pertanyaan serta kesabaran bertahun-tahun atas kesakitan dan penantian dalam sebuah pengharapan yang palsu. Akupun menjadi lupa bahwa hati telah ku tutup dan berhenti berharap atas ketidakpastian.
Logika dan emosi tak henti-henitinya beradu pendapat. Saling mempertanyakan apa yang terjadi. Sang pemilikpun jadi bingung mana yang harus dia ikuti. Hingga akhirnya bertanya kepada Sang Pemilik dan Penguasa Hati Sesungguhnya. "Jika takdir itu milikku, kenapa harus kulalui di jalan yang tak seharusnya kulalui?". Logika selalu bertanya dan meminta kepada Sang Pemilik Hati. "Kuatkan aku agar dapat memilih berhenti dan beralih ke jalan yang lain". Namun Hati belum mampu mengakhiri perjalanan itu dan memilih tetap diam dan menetap.
Suatu ketika hati merasa aneh dengan apa yang dirasakan. Berbagai pertanyaan ia ajukan kepada logikanya. Kerinduan yang menyiksa dan tak ada obat yang mampu menghilangkannya. Kerinduan yang tak seharusnya hanya untuk dia. Hatipun menjadi gelisah dan selalu mendengarkan nyanyian yang mewakili kisahnya. "Berawal dari tatap (Yura), Bukan Main-main (Seventeen) dan Dia (Anji)". Semua di ulanginya dan didendangkan disetiap aktivitasnya.
Hingga perasaan rindu dan sayang tak mampu ia tutupi.
Hati hanya mampu berdoa agar ia menjalani kisahnya dengan penuh suka cita dan meyakini bahwa "Semua Akan Indah Pada Waktunya".
Hingga tibalah dimana hati tak mampu berkata-kata dan hanya diam membisu. Logika sang pemilik hati yang lain mulai menyampaikan argumen yang iya inginkan. Mengakhiri semua perjalanan dan kembali ke jalan yang harusnya di lalui. Mengingat apa yang harusnya diingat. Memperjuangkan keinginan yang telah melahirkan kedua hati. Meluruskan kembali apa yang harusnya diluruskan. Sulit menerima namun logika mengatakan bahwa itulah yang terbaik. Tak mungkin menghalangi niat baik yang memang baik. Tak mungkin menghalangi jika itu demi sebuah kebaikan pemilik kedua hati. "Jika Memang Memang Kedua Hati Itu Ditakdirkan Bersama, Maka Dimanapun Mereka Melangkah Pasti akan Disatukan Kembali Diwaktu yang tepat" kata sih logika. Biarlah semua berjalan dan mengalir sesuai jalan yang ada. Hingga waktu yang akan menjawabnya.
Andai Dia Tahu.
e.c
Ketika Hati Berbicara
Ketika hati yang berbicara menunjukan bahwa seseorang sedang mengeluarkan apa yang dirasakan dengan penuh kepercayaan. Ketika itulah seseorang membutuhkan wadah agar dapat mengekspresikan diri. Kisah yang penuh suka dan dukapun ingin dituangkan baik secara lisan maupun tulisan. Otakpun berinisiatif memerintahkan jemari kecil nan mungil untuk melangkah dan menari melukiskan kisah sang pemilik hati.
Jumat, 22 Juli 2016
Kamis, 07 Januari 2016
Kisah Nyata
“Kutinggalkan Hatiku Di Kota Makassar”
“Bel, nggak
terasa yah, sekarang kita udah diatas kapal dan akan meninggalkn kota Baubau.”
Ucap Eki sambil merangkulku. Eki adalah teman baikku. Ia selalu ada dalam suka
maupun duka. Orangnya baik dan sabar. Membuat aku sangat nyaman berteman
dengannya. Meskipun terkadang, aku
melakukan kebodohan ataupun kesalahan kecil padanya, ia pasti akan
memaafkanku. Aku sangat bersyukur, kita bisa melanjutkan sekolah diperguruan
yang sama. “Iyah, kamu benar.’’ Lihat tuh patung naganya. Kelihatannya, lagi
nangis lihat kita pergi. hehe”. “Bisa aja sih kamu” Kami beranjak meninggalkan
halaman teras kapal, sambil menikmati pemandangan pantai kamali dan
gunung-gunung yang tertata rapi. Saat sampai dideck dua(kelas ekonomi),
ternyata teman-teman telah berkumpul. Semuanya terlihat sedih dan lesuh. Tak
ada yang berkata sepatah katapun. Suasananya sepi tak berpenghuni bagaikan
dihalaman kuburan umum. Aku tidak ingin terlelap dalam situasi seperti ini.
Akupun mencoba memulai pembicaraan. “Ehem, ada yang punya air minum nda? “
Tidak ada satupun yang menyahut. “Aku haus banget ni, soalnya aku dah ngeluarin
air mata banyaaak banget”. Eki menatapku dan memberikan botol minumannya. “Ni,
kamu minum aja. Tadi aku takut bakal kebanjiran, jadinya aku tampung disini deh,
semua air mataku.” Serentak teman-teman tertawa terbahak-bahak begitupun
denganku. Suasana berubah menjadi ramai dan riang.
Sesaat, aku
terfokus pada seorang wanita yang lewat didepan kami. Setelah aku perhatikan baik-baik,
ternyata dia adalah Shasa salah satu teman baikku. Aku memanggil dan
melambaikan tangan sambil melemparkan senyum padanya. “Ya ampun Bel, aku capek nyariin kamu. Kita
udah keliling di seluruh kapal, eh ternyata kamu ada disini” Jelasnya. “Waw, so
sweet. Aku dah mau terbang ni karena kamu ngomong kayak gitu.” Ucapku sambil
tersipu malu. “Hmm, mulai lagi deh lebaynya” “Tapi beneran deh, aku nggak
nyangka kalau kamu bakal berangkat hari ni juga.” Selintas aku melihat ada
sosok pria yang aku kenal “Ya ampun, kok dia ada disini” Kataku dalam hati.
Karena penasaran, aku pun menanyakannya.“Fi,kok
dia ada disini?” Tanyaku sambil menunjuk kearah yang aku maksud.
“Jangankan kamu Bel, aku aja bingung. Katanya dia nggak jadi berangkat sekarang.
Eh nda tahunya, dia udah ada diatas kapal. Terus kita barangen deh nyariin
kamu”. Aku terkejut mendengar penjelasan Efi. Disisi lain aku bahagia. Disaat
aku akan pergi aku bisa melihat seorang pria yang sejak diam-diam aku sukai.
Dia adalah kak Semi. Salah satu kakak kelas saat masih duduk dibangku SMP.
Sampai saat ini, dimataku dia tetaplah sama seperti dulu. Tetap manis dan baik
hati. “Senang deh bisa ketemu kalian disini. Kita masih punya waktu untuk
bersama.” Kataku sambil mengambil makanan dalam tas. “Ayo dicobain dulu”
Tawaran aku buat Efi. “Aku mau minum aja deh” Pintanya. Tiba-tiba aku teringat
suatu hal. Segera aku mengambil botol air minum dan berjalan mengarah pada kak
Semi. Aku tidak peduli terhadap pemikiran orang disekitarku. Aku hanya ingin
memberikan air minum yang pernah diminta oleh kak Semi. Namun belum sempat
memberikannya. Awalnya kak Semi menolak namun akhirnya ia mengambilnya dari
tanganku. Akupun kembali duduk disamping Efi. “Bel, kan aku yang minta. Kok
ngasihnya ke kak Semi?” “Oh iyah, maaf deh” Aku hanya bisa tersenyum dan tidak
menjelaskan apa-apa. Lalu aku mengambil satu botol air minum lagi, dan
kuserahkan pada Efi. Dibelakang aku ada Eki yang sedang asik ngobrol bersama
teman-teman yang lain. Ia mengerti kenapa aku bersikap seperti itu. Ia hanya
tersenyum dan tertawa kecil.
Aku diajak oleh Efi untuk berkeliling
dihalaman kapal. Dan tanpa berpikir panjang, aku meminta izin kepada
teman-teman yang memiliki tujuan yang sama denganku. Eki mengerti sekali dengan
apa yang aku rasakan. Ia hanya menganggukan kepala tanda ia mengijinkan. Kamipun beranjak pergi. Kak Semi memandu
perjalanan kami, menunjukan kemana saja kita akan kunjungi. Efi sangat marah
saat melihat tingkah Kak Semi yang jail. Ia hanya memutar-mutar perjalan yang
telah kami lalui. Melihat tingkahnya seperti itu, membuatku merasa lucu dan
mengingat masa-masa saat kita duduk dibangku SMP dulu.
Waktu berputar begitu cepat. Tanpa kita
sadari, bumi berubah menjadi gelap. Kita bertiga menghabiskan waktu dengan
memandangi lautan luas yang berayun-ayun karena tersentuh oleh angin. Langit
yang dihiasi beribu bintang dan rembulan yang memancarkan keindahannya,
menjadikan suasana menjadi damai. Dalam suasana yang indah ini, aku sedih
mengingat waktuku untuk bersama mereka, tidak akan lama lagi. Kapal akan
bersandar dipelabuhan Makassar. “Yeee, udah dekat ni Bel” Teriak Efi. “Iyah.
Tuh udah kelihatan pelabuhannya” Kataku dengan nada yang keras sambil
tersenyum. Namun hatiku tidak bisa
berbohong bahwa sesungguhnya aku angat
sedih berpisah dengan mereka berdua.
Diam-diam aku
memandang wajah kak Semi dan memperhatikan matanya yang indah. Terpancar suatu harapan dari matanya yang
berkilau. Sebuah harapan besar yang ingin sekali ia raih, namun belum pernah ia
dapatkan. Hati dan pikirannya telah dipenuhi oleh wanita yang pernah singgah
dalam kehidupannya. Aku telah tahu akan hal itu, sebelum aku menyadari bahwa
aku telah jatuh cinta padanya.
Meskipun
menyakitkan namun satu hal yang harus aku tahu. Aku tidak mungkin terus
tenggelam dalam lautan yang penuh dengan kesedihan. Satu-satunya hal yang ingin
aku lakukan adalah melepaskan dia dari ingatanku dan mengembalikan semangatku
yang pernah terkuras habis. Mencari
kebahagiaanku sendiri demi orang-orang yang sangat aku sayangi. “Efi, jangan
lupakan aku yah” kataku pada Efi. “Begitupun dengan kamu, kak Semi” Bisikku
dalam hati sambil memandangnya. “Bel, kita masih punya banyak waktu untuk
bertemu kan? Kalau kita pulang kampung nanti, kita masih bisa berkumpul
bersama-sama lagi.” “Iyah Fi, pasti”.
Kapal telah
bersandar dipelabuhan kota Makassar. Aku tidak ingin melihat mereka yang akan
segera turun dari kapal. Aku kembali ke deck dua berkumpul bersama
teman-temanku yang akan meneruskan perjalanan.
Sekarang tidak ada alasan untuk bersedih, aku akan bangkit dan berusaha
mengejar impianku. Meninggalkan perasaan yang pernah membuatku tersakiti. Aku
ingin bahagia bersama orang-orang yang menyayangiku.
SEKIAN
Sabtu, 15 November 2014
TAK SEMUDAH MEMETIK DAUN KELOR
Pada hari sabtu 15 November 2014, saya diberi tanggung jawab untuk menjadi
timer dalam sebuah acara Seminar Nasional. Dimana tugas saya yaitu harus
menyesuaikan jalannya acara dengan waktu yang telah ditentukan. Harus saya akui,
itu adalah pengalaman pertama sehingga saya kurang andil dalam melaksankannya.
Saat bertugas seorang timer harus berkoordinasi dengan semua petugas yang
berperan dalam jalannya acara. Misalnya MC, penanggung jawab undangan dan
peserta, penanggung jawab konsumsi, penanggung jawab ruangan serta petugas
lainnya. Saat semua telah siap barulah acara bisa dimulai.
Ets ingat, saat acara dimulai belum tentu sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Bukan karena jam karet, tapi karena situasi dan keadaan. Sehingga
sebagai timer sudah seharusnya mengatasi masalah tersebut dan mengatur kembali
jadwal agar tidak molor dari jadwal yang telah dibuat.
Pada saat acara berlangsung, tidak menutup kemungkinan terjadi sesuatu yang
tidak diharapkan. Misalnya, pembicara dari ketua redaksi suara merdeka yang mengisi acara, tidak dapat mengikuti
kegiatan hingga penghujung acara. Sedangkan dia adalah seseorang yang telah
dinanti-nantikan oleh semua peserta. Bukan karena kurang berkoordinasi dan
persiapan yang kurang mantap, tapi asalnya memang susah menghadirkan tamu
undangan yang luar biasa .
Menurut anda bagaimana?
Yeps betul, timerlah yang harus mengatur kembali waktu dan menyesuaikannya dengan siatuasi yang
terjadi. Dan berkoordinasi bersama seksi acara yang bertugas, sehingga acara
tetap berlangsung dan berakhir dengan kegiatan yang telah dibuat. Meskipun
waktu kegiatan berubah, namun waktu berakhirnya acara harus sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
Mungkin menurut anda ini adalah sesuatu yang mudah bukan?
Tapi jangan salah, ini terdengar mudah namun tak semudah
memetik daun kelor. J
Demikian dari saya, terimakasih karena telah membaca
artikel ini J
Langganan:
Postingan (Atom)